Foto: Ilustrasi(SHUTTERSTOCK) - kompas.com
KOMPAS.com – Warganet di media sosial X ramai-ramai mengeluhkan kondisi keuangan mereka yang sudah menipis meski baru memasuki awal bulan.
Beberapa di antaranya mengaku kondisi keuangan yang jebol karena pengeluaran tiba-tiba bertambah.
“Masih juga awal bulan ini, pengeluaran banyak banget kayaknya,” cuit akun @Re********a pada Minggu (6/7/2025).
“Ya Allah ya Allah, masih awal bulan tapi pengeluaran udah bengkak banget,” kata akun @nit***** pada Minggu (6/7/2025).
Pengeluaran yang membengkak pada awal bulan memang keresahan banyak pekerja, terutama di kalangan anak muda.
Karena itu, penting untuk memahami cara mengatur keuangan sejak awal bulan agar kondisi finansial tetap stabil. Pengelolaan keuangan yang baik tentu bisa membuat pengeluaran lebih terkontrol dan tidak menimbulkan stres.
Lantas, bagaimana cara mengatur keuangan agar tetap aman hingga akhir bulan?
Perencana keuangan, Andy Nugroho mengatakan, salah satu penyebab utama pengeluaran membengkak di awal bulan adalah tidak adanya perencanaan atau pencatatan keuangan yang jelas sejak awal.
"Apabila ada yang berdiskusi dengan saya dan mengeluhkan pengeluaran mereka yang sudah membengkak meskipun baru di awal bulan, biasanya pertama saya akan menanyakan dahulu pengeluaran itu untuk keperluan apa saja," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (9/7/2025)
Namun, secara umum, untuk mencegah kondisi serupa terulang, Andy menyarankan agar setiap orang membuat budgeting atau pos-pos pengeluaran sejak menerima gaji atau penghasilan.
Andy pun memberikan konsep pembagian pos pengeluaran yang bisa diterapkan. Jika dalam seratus persen pemasukan, pembagian pos pengeluarannya bisa sebagai berikut:
“Jadi sejak awal kita sudah punya gambaran berapa jumlah uang yang bisa digunakan untuk me time atau hiburan. Bila ternyata anggarannya sudah habis, ya sebaiknya dihentikan,” jelas dia.
Andy menambahkan, pengeluaran yang besar di awal bulan juga bisa disebabkan oleh keputusan membeli barang secara berutang, terutama jika cicilan yang harus dibayar melebihi 30 persen dari penghasilan bulanan.
"Bila mereka sadar penghasilannya terbatas, tapi tetap memaksakan diri membeli barang dengan cara berutang, pengeluaran untuk membayar cicilan akan membengkak," kata Andy.
Menurutnya, kondisi ini bisa mengorbankan pos lain, seperti dana hiburan atau me time.
Akibatnya, meski secara teknis pengeluaran teralokasi untuk kebutuhan tertentu, orang merasa uangnya habis begitu cepat pada awal bulan.
"Hal itu merupakan konsekuensi yang harus diterima atas keputusan membeli barang tersebut," pungkasnya.
07 Jul 2025
Pemerintah resmi menggulirkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi masyarakat Indonesia, termasuk siswa sekolah rakya...
13 Aug 2025
Jakarta, CNBC Indonesia - Ada 11 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pemiliknya banyak dikendal...
24 Jun 2025
Karyawan Bank Hartiarta Sedana menunjukkan dukungan dan kepedulian mereka terhadap sesama dengan melaksanakan kegiatan Donor Darah yang d...
Bank Hariarta berijin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Bank Hariarta merupakan peserta penjamin LPS
Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS per nasabah per bank adalah Rp2 miliar.
Untuk mengetahui Tingkat Bunga Penjaminan LPS silahkan akses di sini